Institut Ibu Profesional

[Game #10.8] Ayah

Nak, ibu kali ini hendak berkisah tentang jeritan seorang anak. Dengarkanlah Nak!

Ayah, abi, bapak, dan entah sebutan apalagi yang pantas aku berikan untukmu. Sudah hampir dua tahun ini aku tidak menyebut sebutan-sebutan itu lagi. Terakhir aku memanggilmu, abi, saat aku mendengar suara kerasmu memarahi ummi. Setelah kejadian itu, kau pergi entah kemana. “Minggat,” setidaknya begitu jawaban ummi saat kutanya keberadaanmu.

Abi, dua tahun ini kami tinggal dengan banyak luka. Tinggal di rumah orang lain membuat kami seperti hidup di dalam penjara. Dulu, di rumah kontrakan kita yang sempit, aku bebas berekspresi, melompat, melukis dinding, tertawa riang, dan juga bebas makan apa saja. Kini, ruang gerak itu tiada, Abi. Setiap hari selalu saa ada hardikan, tamparan, dan juga pukulan yang mengena tubuhku, bahkan untuk kesalahan kecil yang tidak kusengaja seprti menumpahkan air dari gelas. Kau tau sendiri, Abi, aku dan adik Nara mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Banyak yang ingin aku kerjakan tapi kemampuanku terbatas. Sementara adik Rina tumbuh dengan rasa percaya diri yang rendah. Dan yang lebih parah adalah adik Rana yang nyaris tumbuh dengan liar karena seringnya ditinggal ummi bekerja penuh waktu.

Ummi sekarang bekerja, Abi. Ummi yang dulu hanya sibuk mengurus kami berempat kini harus menghidupi kami berempat. Ummi bekerja sepanjang hari, mengajar dari pagi buta hingga petang menjelang untuk mendapat upah yang ternyata tidak seberapa. Tidak apa, setidaknya ummi punya uang untuk makan kami sehari-hari. Dan apa Abi tau apa makanan ummi sehari-hari? Hanya mei instan dan sisa-sisa makanan kami.

Tapi asal Abi tau, kehidupan kami di penjara ini jauh lebih baik untukku dan ketiga adikku, terutama bagi ummi. Abi tau kenapa? Karena kehidupan kami di samping Abi adalah neraka. Abi ada di samping kami, tapi aku pernah melihat perempuan lain di handphone Abi. Abi makan bersama kami, tapi hanya kemarahan dan raut muka masam yang Abi pasangkan untuk kami. Dan di hari-hari terakhir Abi di rumah, Abi hanya datang minta makan, marah, membanting barang, dan pergi lagi. Aku muak, Abi. Penjara bagi kami jauh lebih baik daripada neraka, Abi.
#Tantangan10Hari

#Hari8

#Level10

#KuliahBunSayIIP

#GrabYourImajination                         

Leave a comment