Catatan Guru, Literasi, Motherhood

#Day18 [Farras Belajar Menulis]

IMG-20180712-WA0022

Dulu, ketika saya mengajar di TK, di les privat, maupun di TPQ, saya membayangkan suatu saat nanti saya akan mengajar anak-anak saya sendiri. Ketika saya menemukan suatu cara yang baru dalam mengajar, atau menemukan clue dalam suatu metode, saya sangat bahagia. “Nanti aku akan mengajar anakku pakai cara ini.” Begitu pikir saya saat itu.

Saat saya benar-benar mempunyai anak sendiri, keinginan untuk mengajar anak sendiri semakin kuat. Saya putar kembali memori-memori mengajar saya, di mana terkadang saya menemukan kesulitan dan harus trial eror suatu cara mengajar kemudian akhirnya saya berhasil, atau menemukan cara yang pas untuk mengajar, dan pengalaman-pengalaman lainnya.

Setelah pengalaman saya menemani Farras belajar membaca yang saya tulis sebelumnya, saya ingin menulis pengalaman saya menemani Farras belajar menulis. Ini sebetulnya belum final, karena proses belajar membaca dan menulis ini panjang. Saya hanya menulis apa yang sduah kami jalani bersama dengan harapan bisa dijadikan pengalaman, baik pengalaman untuk menemani Fawwaz, maupun menemani anak-anak di TK.

Untuk menyalin huruf, Farras sudah bisa sejak sebelum masuk TK. Ada kesalahan yang secara tidak sadar saya lakukan dalam proses ini, yaitu membiarkan Farras menulis huruf besar (kapital) terlebih dahulu sebelum menguasai penulisan huruf kecil. Saya baru sadar ketika bibi saya yang seorang guru madrasah menegur saat Farras yang kala itu duduk di TK A menulis dengan huruf besar semua. “Sakjane diulang huruf cilik disik nduk.” 

Saya yang saat itu belum mengenal proses pembelajaran calistung dengan benar merasa tertampar. Saya jadi tau ternyata untuk mengajarkan anak menulis saja ada ilmunya. sekedar menulis pun harus dilalui dengan proses yang benar untuk dapat hasil yang maksimal.

Setelah tau kesalahan itu (dan ternyata itu bukan satu-satunya kesalahan saya yang baru saya tau di kemudian hari), saya mengajari Farras menulis buruf kecil sampai dia lancar, mulai dari teknik penulisan yang benar, sampai tingkat kerapiannya.

Nah, kesalahan kedua yang juga baru saya sadari dalam belajar menulis adalah ternyata huruf itu mempunyai rumpun. cara penulisan pun harus urut, misal cara menulis huruf a adalah dengan menulis garis lengkung terlebih dahulu, baru garus lurus setengah lengkungnya. Saya baru tau teori ini setelah mengikuti workshop metode Montessori beberapa waktu yang llau.

Oya, sebelum kelupaan, perlu diperhatikan juga bahwa proses tulis-menulis ini sebenarnya tidak ujug-ujug anak diberi pensil dan kertas, ya. Anak harus melewati tahapan-tahapan pra menulis, yaitu kegiatan atau aktivitas yang bisa menguatkan ketrampilan motorik halusnya, seperti menyendok, meremas kertas, bermain playdough, mencoret, menulis di pasir, dan sebagainya. Ketika anak dirasa siap memegang pensil dengan nyaman, anak bisa mulai belajar menulis, yang itupun melalui beberapa tahapan, sebagaimana berikut :

Sumber Dit.PAUD & CCCRT, 2004

Kembali pada pengalaman saya menemani Farras. Setelah sekolah di TK, proses belajar menulis Farras berjalan sebagaimana teman-temannya. Mereka menulis dengan menyalin huruf, menebalkan, menulis nama, meniru, dan lainnya. Sampai akhirnya disuatu sore saya dikejutkan oleh tulisan Farras yang sudah bermakna. bunyinya

TERIMA KASIH ALLAH

Jujur, saya kaget dengan tulisan bermakna Farras. Saya berpikir bagaimana anak ini belajar menyusun huruf yang bisa menjadi rangkaaian suatu kata. Saya merasa ada satu momen yang terlewat dari perkembangannya. Tapi saya sendiri tidak tau momen apa itu, toh selama ini saya selalu berada di samping dia. Kenapa saya tidak tau Farras tiba-tiba bisa menulis tanpa saya tau prosesnya.

Saya kemudian mengingat-ingat beberapa kejadian saat itu yang sering terjadi, yaitu Farras bertanya, “mata itu hurufnya apa saja bu?” Semua kata ditanya rangkaian huurfnya. Saya menduga, itulah proses dia hingga akhirnya bisa merangkai huruf. Setelah kejadian itu, saya jadi rajin mendikte dia. Itu saya anggap sebagai rangkaian proses belajar menulis bagi dia.

Selain menulis huruf abjad, saya juga mengajarinya menulis hijayah yang benar. Untuk tahapan menulis hijaiyah ini, saya memakai buku seri Panduan Tahsinul Kitabah yang ditulis Ahmad Darka. Buku ini dulu saya pakai ketika mengajar TPQ di Ciputat. Di buku ini ada tahapan-tahapan menulis hijaiay, seperti menulis huruf tunggal, menulis huruf sambung dua huruf, tiga huruf, empat huruf, dan seterusnya.

images (1)

Sampai di sini, Farras sudah bisa dan lancar menulis abjad. Yang saya tekankan ke dia sekarnag adalah menulis dengan benar sesuai dengan PUEBI, seperti penulisan huruf kapital yang benar, penulisan kata depan yang benar antara kata depan yang dipisah dan disambung, dan sejenisnya. Menurut saya, membiasakan anak menulis dengan benar ini harus dilakukan sejak dini agar dia terbiasa. Pengalaman saya menjadi editor freelance telah membentuk pribadi saya yang sangat-sangat alergi dengan penulisan yang tidak sesuai dengan PUEBI. Alergi ini yang ingin saya tularkan ke Farras sehingga dia menjadi pribadi yang taat pada kaidah-kaidah penulisan yang benar.

Target saya selanjutnya adalah melatih Farras bernarasi dengan tulisan. Ini tahap berat karena sudah masuk pada proses menulis yang sebenarnya. Mengarang tepatnya. Beberapa kali saya coba masuk ke tahap ini, namun nampaknya agak susah membuka kuncinya. Hingga beberapa waktu lalu saya mendaftarkan Farras di tantangan Mbak Artit, tapi Farras hanya bertahan di hari ketiga saja.

43985387_2241332689435922_285464293520888712_n(1)

Tidak apa-apa ya Nak, proses perjalananmu masih panjang. Yang pasti, saya melihat Farras mempunyai ketertarikan menulis, meski belum bertemu dengan kuncinya.

Leave a comment