perempuan

JADI, APA YANG DIPERLUKAN DALAM KEADILAN GENDER ERA INI?

Banyak yang menganggap bahwa saat ini perempuan telah mendapatkan hak-haknya. Sudah tidak ada lagi halangan bagi perempuan untuk bersekolah, berkarir, berpolitik, juga menentukan pilihannya. Mayoritas perempuan di negeri ini telah sejahtera dan tidak mendapatkan diskriminasi karena perbedaan gendernya. Jikalau ada kasus-kasus diskriminasi tertentu, pelakunya adalah perorangan, bukan sistem negara atau sistem budaya, dengan mengecualikan beberapa budaya yang masih mempertahankan adat patriarki.

Pada tataran individu sendiri telah terjadi pergeseran pola patriarki yang berarti. Dahulu, di rumah-rumah yang ada kepala rumah tangga, maka dengan sendirinya akan ada meja makan dan tersedia lauk, piring, sendok, sayur, yang siap santap. Hidangan tersebut tidak boleh disentuh karena itu adalah hidangan untuk bapak, sang kepala keluarga. Pemilihan lauk pun diistimewakan. Kepala ikan, hati sapi, dan deretan makanan yang paling enak adalah untuk kepala keluarga. Jika kepala keluarga belum makan, maka anggota keluarga yang lain tidak boleh makan. Hal-hal seperti ini nampaknya sudah mulai runtuh. Sekarang sudah banyak keluarga yang menerapkan prinsip egaliter, kebersamaan, dan sejenisnya. Ini adalah sebuah contoh sederhana dalam hal egaliter.

Di masyarakat sendiri juga seakan berjalan beriringan. Masyarakat sudah tidak aneh dengan kehadiran perempuan di ranah public, tidak aneh dengan keadaan perempuan di tempat kerja, sekolah, dan pada saat-saat tertentu mungkin menempati posisi-posisi yang dulunya hanya diduduki olehe laki-laki, seperti pilot, tentara perang, dan lainnya. Inilah yang tadi saya sebut sebagai pergeseran nilai.

Jadi, gerakan-gerakan perempuan apakah tetap diperlukan?

Bagi saya gerakan perempuan harus tetap ada dengan fokus yang berbeda. Jika dulu gerakan perempuan adalah perjuangan, maka saat ini yang harus menjadi fokus gerakan perempuan adalah pendidikan. Bagaimanapun perubahan budaya, pergeseran nilai, atau apapun namanya tidak akan bisa terjadi secara massif tanpa adanya perubahan paradigma, perubahan pola pikir. Adanya perubahan permikiran terkait gender seperti saat ini pasti tidak terlepas dari praktik baik para pendahahulu kita terkait sikap mereka di dunia pendidikan. Awalnya adalah dengan memperbolehkan anak-anak bersekolah dalam satu tempat secara bersama, maka setelah itulah transformasi nilai-nilai pendidikan.

Langkah selanjutnya adalah mengaplikasikan nilai-nilai egaliter dalam keluarga, masyarakat kecil, dan masyarakat luas. Dengan demikian, maka trasformasi nilai akan berjalan bersamaan, baik pada tataran indivudu maupun tataran masyarakat.

Leave a comment