Motherhood, Pendidikan Anak

[Sekali Lagi] Rangking

WhatsApp Image 2019-06-24 at 12.48.56

Saya dan suami mempunyai pandangan yag sama tentang rangking. Kami berdua bersepakat bahwa rangking itu bukan hal penting dalam persekolahan. Jangankan rangking, kami dulu hampir saja tidak menyekolahkan anak-anak kami di sekolah formal. Tapi karena keadaan dan situasi, kami akhirnya berubah pikiran dan menyekolahkan anak-anak kami dengan catatan bahwa Pendidikan utama anak-anak adalah di rumah.

Kembali ke rangking. Sekali lagi, bagi kami rangking sama sekali bukan tujuan dari persekolahan. Sepanjang pengalaman pribadi kami, rangking tidak membawa banyak pengaruh dalam kehidupan nyata kami. Bahkan di titik-titik tertentu, rangking pernah membuat saya down dan merasa menjadi manusia yang sangat tidak berguna. Apa pasalnya? Saya yang terbiasa berada di tempat unggul dan ketika berada tidak meraihnya, di situlah saya merasa tidak berguna. Saya mencari kambing hitam sampai saya benar-benar pulih dari kondisi itu.

Lebih ekstrim lagi jika Anda mengikuti drama Korea Sky Castle. Drama yang bercerita tentang rangking, prestasi akademik, sekolah favorit, dan sejenisnya itu secara ekstrim menunjukkan kepada kita bahwa semua itu semu. Semua kompetisi itu pada akhirnya tidak ada gunanya dibandingkan dengan kebahagiaan anak-anak, keutuhan ruamh tangga, serta keluhuran budi pekerti.

Tapi apakah selamanya rangking itu berdampak buruk? Saya sendiri tidak bisa merumuskannya. Saya hanya bisa katakan bahwa rangking tidak banyak memberi manfaat dalam proses persekolahan, lebih-lebih dalam proses pembentukan kepribadian anak. Sekali lagi, ini murni pendapat saya. Anda berhak setuju atapun tidak. Karenanya, kami mempunyai rumus tersendiri mengenai rangking ini. Ini sebagai konsekuensi dari pilihan kami menekolahkan anak, di mana kami tidak bisa berbuat banyak dengan aturan rangking yang masih menjadi idola orang tua. Kami berdua memang guru di sekolah kami, tapi posisi kami yang hanya menjadi guru ekstra, belum punya kekuatan penuh untuk menghapus sistem rangking di sekolah kami.

Sejak tahun lalu, ketika Farras TK, rumusan kami tentang rangking adalah, “Jika Farras mendapat piala, maka dia tidak akan kami kasih hadiah. Sebaliknya, jika ia tidak mendapatkan piala, kami akan memberi dia bonus.”

Bagi sebagian orang, kami dianggap aneh. Tidak mengapa. Kami punya alasan tersendiri. Pertama, kami tidak ingin Farras belajar hanya ketika ujian dan belajar hanya karena piala. Kami menganggap, anak-anak yang belajar dan diiming-imingi piala, naik panggung, atau hadiah apalah, itu sama dengan membonsai rasa ingin tahu (curiousity) yang merupakan fitrahnya.

Kedua, sekarang adalah jaman kolaborasi, bukan lagi kompetisi. Kurikulum sekolah pun sebenarnya banyak diarahkan ke sana. Mendewakan piala dan rangking akan mengabaikan aspek penting dalam kurikulum yang bagus ini. Kami ingin memberi kesan bahwa menapatkan juara kelas itu biasa-biasa saja. Tidak istimewa tapi kami tetapmenghargainya.

Ketiga, kami ingin menanamkan bahwa anak-anak, apapun kondisinya, mereka adalah kebahagiaan kami. Ketika anak berprestasi dalam akademik, dia akan mendapat banyak sanjungan dari orang lain. Maka ketika mereka tidak mendapatkan apresiasi karena tidak mendapat rangking, tugas kamilah menghibur mereka, menunjukkan kepada mereka bahwa mereka tetap berharga, dan menunjukkan bahwa kami tetap mencintai mereka. Mereka berhak mendapat hadiah atas usaha mereka, meskipun mereka gagal. Karenanya, mereka berhak mendapat hadiah.

Akhir tahun pelajaran ini, rumusan itu pun kami berlakukan. Farras yang sudah kelas 1 kami kasih tau bahwa jika dia tidak mendapat piala, dia boleh meminta apa saja. Tapi, kami mengucapkan itu saat dia usai melaksanakan UAS. Nyatanya, dia malah mendapat peringkat atau rangking pertama di kelasnya.

Saya yang mengambil pialanya di sekolah saat rapat akhir tahun sekolah. Tidak ada hal yang istimewa. Apresiasi secukupnya. Tidak ada perayaan. Dan saya tekankan padanya, anak yang rangking satu di hati ibu dan abahnya adalah anak yang rajin melaksanakan sholat lima waktu tanpa diingatkan dan mau mengaji. Pastinya, tidak ada hadiah apapun karena sudah ada piala.

Anda boleh tidak sepakat dengan cara kami. Tapi kami insya Allah  yang lebih memahami sifat, karakter, serta kepribadian anak kami.

2 thoughts on “[Sekali Lagi] Rangking”

Leave a comment